ADELAIDE, KOMPAS.com - Australia, Selandia Baru, dan
Afrika Selatan telah dipilih menjadi lokasi bagi teleskop radio raksasa, yang
diharapkan bisa mengetahui rahasia alam semesta secara lebih mendalam.
Rangkaian teleskop tersebut dibangun di kawasan terpencil di
masing-masing negara, sehingga tidak ada campur tangan gelombang radio sama
sekali.
Pengumuman lokasi itu disampaikan John Womersley dari Square
Kilometer Array (SKA), konsorsium yang akan membangun rangkaian teleskop
tersebut.
"Kami memutuskan membangun di dua lokasi berbeda,"
kata Womersley dalam pengumuman di bandara udara Belanda Schiphol, Jumat
(25/5/2012) malam.
Di Afrika Selatan, teleskop ini akan dibangun di kawasan
Karoo di Northern Cape, sementara di Australia di kawasan Murchison di
Australia Barat, dan di kawasan pegunungan di South Island di Selandia Baru.
Menurut laporan koresponden Kompas di Australa, L
Sastra Wijaya, proyek Australia dan Selandia Baru adalah proyek bersama,
sementara Afrika Selatan berdiri sendiri. Proyek ini akan bernilai 2 miliar
dolar AS, dengan pembangunan sekitar 3.000 teleskop yang dibangun oleh
konsorsium 20 negara.
Teleskop ini akan memiliki kemampuan mendeteksi 10.000 kali
lipat dari teleskop yang ada sekarang ini, sehingga bisa mengetahui bagaimana
galaksi berubah dari masa ke masa, dan juga mengetahui "energi hitam"
yang menyelimuti antariksa.
Jaringan teleskop ini juga diperkirakan akan bisa mendeteksi
sinyal dari mahluk angkasa luar, bila memang ada.
Menurut laporan majalah Scientific American,
pada awalnya tawaran Afrika Selatan dianggap lebih bagus, karena teleskop itu
akan dibangun di daerah yang lebih tinggi, dan biaya pembangunannya lebih
murah.
Namun usulan Australia/Selandia Baru menawarkan biaya
asuransi yang lebih murah, dan juga lebih kecil kemungkinannya lokasi di dua
negara itu, akan digunakan oleh pembangunan lainnya.










0 komentar:
Post a Comment