Syndrome HELLP merupakan kumpulan tanda dan gejala: H untuk hemolysis, EL untuk Elevated Liver Enzymes, dan LP untuk Low Platelets. Patogenesis syndrome HELLP belum jelas. Sampai sekarang tidak ditemukan faktor pencetusnya, kelihatannya merupakan akhir dari kelainan yang menyebabkan kerusakan endotel microvasculer dan aktivasi trombosit intravasculer, akibatnya akan terjadi agregasi trombosit dan selanjutnya kerusakan endotel.
Peningkatan kadar enzim hati diperkirakan sekunder dari obstruksi aliran darah hati oleh deposit fibrin pada sinusoid. Trombositopeni dihubungkan dengan peningkatan pemakaian dan atau dekstruksi trombosit.
Kriteria syndrome HELLP terdiri: Hemolisis, kelainan darah tepi, total bilirubi >1,2 mg/dl, Laktat dehidrogenase (LDH) >600 U/L. Peningkatan fungsi hati, aspartat aminotransferase (AST) >70 U/L, Laktat dehidrogenase (LDH) >600 U/L, jumlah trombosit kurang dari 100.000 /mm3.
Dua sistem klasifikasi digunakan dalam syndrome HELLP. Klasifikasi pertama didasarkan pada kelainan yang ada. Klasifikasi yang kedua didasarkan pada jumlah trombosit.
Pasien syndrome HELLP harus diterapi dengan profilaksis MgSO untuk mencegah kejang, terapi anti hipertensi tambahan harus dimulai bila tekanan darah menetap >160/110 mmHG. Antihipertensi yang sering digunakan adalah hydralazine, labetalol dan nifedipine. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi kesejahteraan bayi dengan menggunakan tes tanpa tekanan, atu profil biofisik, biometri USG untuk menilai pertumbuhan janin terhambat.
Terakhir harus diputuskan apakah segera mengakhiri kehamilan. Amniosentesis dapat dilakukan pada pasien dengan tanpa resiko perdarahan. Pasien harus ditangani di unit perawatan intensif (ICU) dengan pemantauan ketat dengan parameter hemodinamik dan cairan untuk mencegah oedem paru dan atau kelainan respiratorik.
Angka kematian ibu dengan syndrome HELLP mencapai 1,1%. Angka kematian bayi berkisar 10-60%.
0 komentar:
Post a Comment